MUKADIMAH
Segala puji adalah milik Allah SWT. Semoga shalawat serta
salam penghormatan senantiasa terlimpah bagi Rasulullah berikut segenap
keluarga dan shahabatnya.
Mengapa Sirah Nabawiyah perlu dipelajari. Didalam Sirah Nabawiyah
diceritakan berbagai peristiwa yang perlu diketahui, terkait dengan
Nabi Muhammad s.a.w. nasab keturunan beliau, masa kacil dan masa
remajanya, risalah-risalah yang beliau sampaikan setelah diangkat
menjadi Rasul, peristiwa peperangan dengan kaum kafir; beliau sebagai
pemimpin negara, sebagai kepala pasukan, bahkan sebagai suami, dan
bapak dari anak-anak beliau, dan Rassulullah s.a.w. sebagai rahmatan lil
alamin.
Mengikuti Rasul dalam pengertian Iman kepada Rasul Allah,
adalah mengikuti apa yang diajarkannya (suri tauladannya) sebagaimana
diajarkan dalam hadits dan sunnah Rasul, yang bersumber dari Al Qur’an.
Hadits Rasulullah Saw. :
“Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal , tidak sekali-kali
kamu sesat selama kamu berpegang kepadanya, yakni Kitabullah dan Sunnah
RasulNya”(H.R. Malik, T.M. Hasbi ash Shiddiq, Sejarah& Pengantar Imu Hadits)
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Al Ahzab 33:21)
Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah
aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Ali Imran (3) : 31)
Materi tulisan yang terdapat didalam Naskah ini, yang diberi
judul “Sirah Nabawiyah, Sejarah Singkat Nabi Muhammad s.a.w.”, merupakan
singkaan atau intisari dari tulisan yang bersumber kepada:
1. Buku sejarah yang disusun Syaikh Safiyyur-Rahman al Mubarakfury.
Beliau adalah seorang ulama India, dan aseli bukunya berjudul:
ar-Rahiq al Makhtum Bahtsum fi as- Sirah an Nabawiyah ‘ala Shahibiha
afdhal as Shalat was-Salam. Buku ini adalah pemenang pertama dalam
sayembara penulisan Sirah Nabawiyyah yang diselenggarakan pada tahun
1396 H atau 1976 M, oleh Rabitah Alam Islami yang berkedudukan di
Makkah Buku ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan
judul “Sirah Nabawiyah” setebal 747 halaman, Penerbit Rabbani Press Jakarta.
2. Buku sejarah yang ditulis Karen Armstrong, yang berjudul “Muhammad, A Biography of the Prophet”, dan telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan nama “Muhammad Sang Nabi”,
penerbit: Risalah /Gusti, Surabaya, 409 halaman. Beliau adalah seorang
penulis wanita asal Inggeris, mantan biarawati Katholik Roma, mantan
dosen sastra Inggeris di Universitry of London dan lain-lain jabatan.
Beliau juga penulis buku-buku yang terlaris di Amerika seperti:”Thrugh
the Narrow Gate”; “A History of God”;“The Battle for God”;
“Jerussalem, one City Three Faiths” dan lebih dari sepuluh buku
lainnya, dan beberapa sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
3. Buku “Seleksi Sirah Nabawiyah, Studi Kritis Muhadditsin terhadap Riwayat Dhaif” yang ditulis oleh Dr. Akram Dhiya Al Umuri.
Dengan judul asli: ash-Shirah an-Nabawiyah ash Shahihah: Muhawalah li
Tahibiq Qawa’id Al-Muhadditsin fi Naqdi as-Sirah an-Nabawiyah”, 819
halaman, terbitan Darul Falah Jakarta. Beliau adalah seorang ahli hadits
dan ahli sejarah dari Universitas Madinah. Beliau melakukan pengkajian
atas nash-nash pendukung, dan beliau sebutkan apakah tingkat
haditsnya shahih, hasan atau dhaif.
Kerangka tulisan
(pembabakan) didalam naskah ini disesuaikan dengan buku Syaikh
Shafiyur-Rahman, begitu juga sebagian besar isi materinya sebagian
besar dikutip dari buku beliau. Untuk beberapa peristiwa ada yang
ditambah, dikutipkan dari buku Karen Amstrong sebagai pendukung dan
agar lebih detail. Terhadap suatu kejadian yang dirasa perlu untuk
metonjolkan ke- shahih-annya, maka materinya dikutip dari buku Dr.
Akram Dhiya al-Umuri.
Sumber asli (buku rujukan, hadits dsb) dari setiap peristiwa didalam
Naskah ini, sengaja tidak turut dikutip dan tidak dicantumkan,
semata-mata karena pertimbangan agar tulisan tidak terlalu panjang.
Adalah sulit untuk menyingkat suatu bahasan sehingga tetap dalam
pengertian yang utuh, sementara ada juga beberapa peristiwa yang
harus diceritakan dengan agak detail.
Firman Allah Ta’ala yang terkait dengan peristiwa sejarah, sebagian
telah disajikan secara lengkap baik ayat-ayatnya maupun terjemahannya.
Bagaimanapun juga,
membaca buku aslinya adalah lebih utama, selain disajikan secara populer
dan bahasa yang menarik, disana disebutkan juga dalam cacatan kaki
hadits-hadits dan nama-nama kitab yang yang dijadikan rujukan.
Dengan adanya naskah ini diharapkan kepada pembacanya, akan adanya
peningkatan rasa keimanan, kecintaan dan ketaatan kepada Rasul
Muhammad s.a.w. dan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amin
Penyusun: Drs.LokmanMuchsin
SEJARAH SINGKAT NABI MUHAMMAD S.A.W.
NASAB NABI S.A.W.
NASAB NABI DAN KELUAGANYA
Suku Quraisy (dimana klan Bani Hasyim termasuk didalamnya)
dinamakan kepada anak-cucu keturunan Fihr. Silsilah urut-urutanya dari
bawah keatas: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyin
bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luhay bin
Ghalib bin Fihr (kepadanya dinisbatkan kabilah Qurais) bin Malik bin Nadjar bin Kinanah bin Khuzainah bin Mu’id bin Adnan dan apabila diteruskan keatas (sampai lima puluh tujuh generasi ) akan sampai dengan Nabi Ismail bin Nabi Ibrahin ‘alaihis salam. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diperkirakan hidup pada abad XX S.M.
Bani Hasym.
Hasyim (Alah Amru) putra bin Abdi Manaf (Mughirah) bin Qushay (Zaid), memiliki tiga orang saudara: Al-Muththalib. Abdi Syam, Nauval. Belian mendirikan klan tersendiri ditengah suku Quraisy lain yang bernama Bani Hasyim. Hasyim menikah di Madinah dengan Salma binti Amru dari Bani Amru bin Najar. Mereka memiliki empat orang anak lelaki: Asad; Abu Shaifi; Nadl-lah; dan Abdul Muththalib dan lima anak perempuan: Asy-Saifa, Khadah, Dha’ifah Rukayyah dan Jannah.
Hasyim meninggal di Gaza (Pelestina) tahun 497 M. Salma
membesarkan dan mendidik anak-anaknya di Yatsrib (Madinah). Setelah
remaja Abdul Muththalib diajak ikut pamannya Al-Muththali bin Abdi
Manaf ke Makkah. Keluarga Hasyim mendapat tugas terhormat dari sukunya
(dari keturunan Abdi Manaf) untuk memberi jamuan makan dan minum kepada
orang-orang yang haji.
Abdul Muththalib bin Hasyim (kakek Rarusullah s.a.w.) memiliki sepuluh
orang anak lelaki : Al Harits; Az Zubair; Abu Thalib; Abdullah
(ayah Rasulullah s.a.w.); Hamzah; Abu Lahab; Al Ghidaq; Muqawwim;
Shaffar; Al Abbas; dan memiliki enam orang anak perempuan: Ummul
Hakim; Barrah; Atikah; Shafiyyah, Anwa dan Amina.
Beberapa peristiwa terjadi semasa Abdul Muththalib adalah :
• Terjadinya perselisihan sesama keturunan Abdi Manaf lainnya, karena
perebutan harta warisan dan hak untuk mengurus ka’bah dan urusan haji.
• Berdasarkan petunjuk mimpi dilalukan pencarian dan penggalian sumur
zamzam. Pada saat penggalian diketemukan barang-barang berupa pedang,
perisai, dan dua kijang dari emas. Kijang emas kemudian diletakkan
didekat pintu Ka’bah dan air zamzam untuk minum para haji.
• Peristiwa gajah. Ketika Abrahah pemuda Habasyah yang
menjadi wakil Najasyi diwilayah Yaman, melihat orang-orang Arab
melakukan haji di Ka’bah., Abrahah membangun sebuah gereja besar di
Shan’a dan ingin mengalihkan haji orang-orang Arab ke gereja tersebut.
Berita ini didengar oleh salah seorang dari Bani Kinanah, kemudian
ditengah malam dia masuk kedalam gereja dan melumuri kiblatnya dengn
kotoran.
Karena kejadian tersebut, Abrahah marah dan kemudian dengan mengederai
gajah bersama empat puluh ribu tentara, berangkat ke Makkah untuk
menghancurkan Ka’bah. Setelah sampai di Mahsyar ( antara Musdalifah dan
Mina), pasukan gajah mogok tidak mau meneruskan perjalanan, dan ketika
itulah Allah Ta’ala mengirim burung Al Babil menjatuhkan batu-batu
kecil bekas tanah yang terbakar (sebesar kacang) dan orang-orang yang
terkena batu tersebut langsung binasa.
Sedangkan Abrahah sendiri dapat kembali bersama sisa pasukanny, namun
sebelum tiba Shan’a telah meninggal dunia terkena suatu penyakit.
Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.
Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 53 tahun sebelum hijrah (S.H.) bertepatan dengan tanggal 22 April 571 M, ditengah keluarga Bani Hasyim di Makkah. Ibu beliau bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zahrah bin Kilab, dan ayah beliau bernama Abdullahh bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
Ayah beliau meningggal dunia di Madinah, ketika beliau masih dalam
kandungan ibunya
Orang yang pertama kali menyusuinya selain ibunya adalah Tsuaibah,
mantan budak Abu Lahab, jang juga memiliki bayi bernama Masruh. Bayi
lain yang pernah disusui Tsulabah ini adalah Hamzah bin Abdul Muthalib
dan Abu Salamah bin Abdul Asad.
Di Tengah-Tengah Bani Sa’d.
Seorang wanita dari Bani Sa’d, yaitu Halimah binti Abi Dzuaib (dikenal sebagai Halimah Sa’diyah, istri al-Harits bin Abdil Uzza (Abu Kabsyah). kemudian menyusui Rasulullah s.a.w. dan mengasuhnya bersama Abu Sufyan bin al-Harits. Saudara susu beliau adalah putra-putri, Al-Harits bin Abdul Muththalib (paman beliau) yaitu: Abdullah, Anisah, Hudzafah atau Judzmah atau asy- Syaima, dan juga Hamzah bin Abdul Muththalib (paman beliau).
Halimah, termasuk didalam
rombongan wanita bani Sa’d, ditengah musim pacekelik, mencari tambahan
penghasilan ke Makkah, yaitu mencari orang-orang yang mau memberi upah
kepada ibu yang dapat menyusui anak mereka. Setiap ibu yang ditawari
untuk menyusui Rasulullah s.a.w., menolaknya setelah mengetahui bahwa
belian adalah seorang anak yatim. Namun Halimah terpaksa menerimanya
karena tidak ada yang lain. dan berharap semoga hal ini membawa
keberkahan bagi keluarga mereka. Ternyata pada saat itu juga, air susu
Halimah menjadi banyak, begitu juga keledai yang mereka tunggangi,
yang kurus dan telah kepayahan, menjadi kuat kembali dan ketika pulang
ke perkampungan mereka, keledai mereka berlari cepat mendahului
rombongan dan sampai lebih dahulu di rumah, Keberkahan itu terus
berlanjut, air susu Halimah menjadi banyak , sehingga ketika telah
berumur dua tahun pertumbuhan anak lebih cepat dari pada anak-anak yang
lain. Begitu juga onta dan kambing mereka menjadi gemuk dan banyak
susunya, dan rumput tempat mengembalakan ternak menjadi subur.
Usia 4 atau 5 tahun (ahli
sejarah berbeda pendapat mengenai hal ini) ketika sedang bermain dengan
teman-temannya, terjadi peristiwa pembedahan dada Muhammad oleh
Malaikat Jibril a.s, mengeluarkan hatinya, mencucinya, mengambil
segumpal darah hitam dan kemudian memasukkan kembali kedalam tubuhnya.
Teman-temannya berlari pulang memberitahukan kepada ibu susunya. Dan
mereka melihat wajah Muhammad s.a.w. dalam keadaan pucat.
Kembali Kepangkuan Kakeknya.
Usia 5 tahun, setelah
peristiwa tersebut dan karena merasa khawatir, beliau diantarkan
kembali kepada ibunya ke Makkah, dan tinggal bersama ibunya. Usia 6
tahun, oleh ibunya yang ditemani Ummu Aiman (nama panggilan seorang
budak wanita yang bernama Barakah). dibawa berziarah kemakan ayahnya di
Madinah Seminggu kemudian, dalam perjalanan kembali pulang ke Makkah
ibunya meninggal dunia di Abwa. Selanjutnyua beliau diasuh oleh
kakeknya Abdul Muththalib yang sangat menyayanginya dan membawanya
kembaki ke Makkah.
Dibawah pemeliharaan Pamannya
Usia 8 tahun kakek beliau,
Abdul Muththalib meninggal dunia, dan selanjutnya Muhammad s.a.w.
diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Suatu hari orang-orang Quraisy
berkumpul disekitar ka’bah untuk berdoa meminta hujan. Abu Thalib
membawa kemenakannya dan menyandarkannya di Ka’bah. Pada saat itu
tidak ada awan yang menggumpal di langit, tetapi awanpun kemudian datang
dari berbagai penjuru lalu turunlah hujan lebat, lembah-lembah
memancarkan air, tanah menjadi subur. Abu Thalib berkata mengenai hal
ini: “Mereka berdoa meminta hujan melalui pribadi Muhammad, seorang
anak yatim yang tak berharga”
Usia 12 tahun beliau
diajak ikut berdagang bersama pamannya ke Syam. Dalam salah satu
perjalanan di Bashra dekat kota Syam, mereka bertemu dengan seorang
pendeta yang bernama Bahira. Pendeta ini memberitahukan kepada Abu
Thalib tentang tanda-tanda kenabian yang dimiliki Muhammad, dan
menyarankan untuk membawanya pulang dan tidak mengajaknya ke Syam
karena khawatir dijahati oleh orang-orang Yahudi. Atas pertanyaan Abu
Thalib, mengenai tanda-tanda kenabian, Bahira menjawa: “Ketika kalian
turun dari bukit, seluruh batu dan pohon bersujud, batu-batu dan
pohon-pohon tersebut tidak akan sujud kecuali kepada seorang Nabi.
Sayapun mengenalnya melalui cap kenabian seperti buah apel yang
terletak ditulang pundaknya dan hal ini terdapat didalam kitab-kitab
kami”
Usia 15 tahun beliau
sudah aktif membantu pamannya dalam peperangan antara suku Quraisy dan
Kinanah melawan suku Qais ‘Alian (perang Fijjar). Setelah peperangan
tesebut selesai, diadakan perjanjian persekutuan kebajikan (Hilful
Fudlul) diantara beberapa suku Quraisy di Makkah dimana mereka
bersepakat dan saling berjanji untuk mencegah terjadinya kezhaliman di
Makkah, dan akan membela orang- orang yang terzhalimi. Perjanjian
dilakukan di rumah Abdullah bin Jad’an dan disaksikan oleh Rasulullah
s.a.w.
Usia remaja Rasulullah
dilalui dalam masa-masa yang berat, pernah menjadi pengembala
kambing ditengah keluarga Bani Sa’ad, dengan upah beberapa qirath.
Pernikahan dengan Khadijah
Usia 25 tahun beliau mendapat kepercayaan seorang saudagar, Khadijah binti Khuwailid
dari Bani Asad (40 tahun), untuk pergi ke Syam membawa barang
dagangannya, ditemani pembantu Khadijah yang bernama Maisarah.
Khadijah tertarik akan perilakunya yang cerdas, ulet dan dapat
dipercaya, memiliki reputasi yang tinggi dimata masyarakat , serta
terkesan oleh kualitas kemanusiaan yang dimiliki oleh pemuda Muhammad.
Khadijah memiliki saudara sepupu, bernama Waraqah bin Naufal,
seorang hanif, yang telah menjadi Kristen dan mempelajari kitab suci,
sehingga iapun telah sering mendengar darinya tentang masalah agama.
Kadijah seorang janda kaya yang memang sedang mencari suami, kemudian
dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah melamar Muhammad untuk
dijadikan suami sehingga kemudian mereka menikah, dua bulan setelah
kepulangannya dari Syam, dengan mas kawin dua puluh ekor unta muda.
Pada pernikahannya, Khadijah menhadiahkan kepada suaminya sorang budak laki-laki dari suku Kalb di Arab Utara, Zaid bin Harits, yang menjadi sangat dekat dengan majikannya dan dianggap sebagai anak angkat.
Membangun Ka’bah
Pada usia 35 tahun,
beliau turut serta dalam pekerjaan merenovasi ka’bah yang hampir runtuh
terkena banjir besar, dan dinding-dindingnya banyak yang sudah retak
karena dimakan waktu. Dinding ka’bah dihancurkan sampai pada fondasi
yang dibangun Nabi Ibrahim a.s, kemudian dibangun yang baru. Setiap
kabilah Quraisy mendapat pembagian tugas dan melaksanakan perkerjaannya
masing-masing, namun perselisihan terjadi ketika sampai kepada siapa
yang akan meletakkan hajar aswad ketempatnya semula. Umayyah bin al
Mughirah al Makhzum mengusulkan agar menyerahkan keputusan atas
persoalan yang diperselisihkan itu kepada orang pertama yang akan
mendatangi ka’bah melalui pintu masjid. Orang pertama itu adalah
Muhammad, yang kemudian disetujui semua pihak. Beliau meminta sehelai
kain, membentangkanya dan meletakkan hajar aswad ditengah kain ,
kemudian mempersilakan seluruh kepala kabilah untuk mengangkat kain
bersama-sama membawanya ketempatnya, dan setelah sampai Muhammad pun
mengangkat batu hitam tersebut dan meletakkanya ditempatnya semula.
MASA KENABIAN
Sejarah Singkat
Sebelum Kenabian
Sesungguhnya pada diri Nabi Muhammad s.a.w. telah terhimpun dalam
kehidupannya berbagai keistimewaan. Beliau adalah manusia mulia yang
memiliki pemikiran jernih, cerdas, sikap diamnya yang lama digunakan
untuk berpikir. Beliau tidak pernah minum khomer, tidak pernah makan
daging binatang yang disembelih atas nama berhala. Ditengah-tengah
kaumnya, beliau adalah yang paling baik akhlaqnya, paling ramah dan
santun, paling jujur, paling lemah lembut, paling bagus amalannya,
paling tepat janji dan paling amanah, sehingga oleh kaumnya beliau
digelari al amin.
Shahihul Bukhari I;3:
Ummul Mu’minin Khadijah r.a. mengatakan :“Beliau
membantu orang yang lemah, menolong orang yang sengsara, menghormati
tamu, dan membela orang yang berdiri diatas kebenaran "
Di Angkat Menjadi Rasul.
Rasulullah s.a.w.
telah terpelihara dari segala macam perbuatan dosa atau kemaksiatan
sejak sebelum diutusnya sebagai rasul. Beliau sudah dipersiapkan untuk
menerima tugas sebagai rasul yang hendak mengemban amanat kerasulan,
memberikan petunjuk dan cahaya kebenaran.
Beliau diangkat
menjadi Rasul ketika berusia 40 tahun (tepatnya beliau berusia tiga
puluh sembilan tahun tiga bulan duapuluh hari ) pada 17 atau 21 Ramadhan, tiga belas tahun sebelum tahun hijriah, atau bertepatan tanggal 6 atau 10 Agustus 610 M, ketika itu beliau sedang bertahannuts di Gua Hira yang terletak di bukit Jabal Nur.
Beliau menerima wahyu yang pertama : Q.S. Al ‘Alaq (96 ) :1-5
1. bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[*], 5. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. [*] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Jibril a.s. Turun Membawa Wahyu
Tentang cara turunnya wahyu tersebut dapat diketahui dari penuturan Aisyah r.a:
“Wahyu yang diterima oleh
Rasulullah saw. dimulai dari suatu mimipi yang benar. Dalam mimpi itu
beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing dipagi hari.
Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melaksanakan khalwat di
gua Hira melakukan ibadah selama beberapa malam, kemudian kembali
kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikialah
berulang kali hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya
kebenaran didalam gua Hira’. Malaikat datang kepada beliau, lalu
berkata, “Bacalah” Beliau menjawab “Aku tidak dapat membaca” Rasulullah
menceritakan lebih lanjut, “Malaikat itu lalu mendekati aku dan
memelukku sehingga aku merasa lamah sekali, kemudian aku dilepaskan” Ia
berkata lagi, “Bacalah”. Aku menjawab,” Aku tidak dapat membaca” Untuk
ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa
lemas, kemudian aku dilepaskan Selanjutnya ia berkata lagi, “ Bacalah
dengan nama Rabbmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang maha pemurah."
Rasulullah s.a.w.
segera pulang menemui istrinya Khadijah dalam keadaan gemetar sekujur
badannya lalu berkata: “Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah
aku” Kemudian Rasulullah menceritakan kejadian yang dialaminya.
Khadiijah mengajak Rasulullah s.a.w. pergi menemui Waraqah bin Naufal
bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Ia memeluk agama Nasrani,
dan ia dapat menulis dalam huruf Ibrani dan pernah menulis
bagian-bagian dari Injil dakam bahasa Ibrani. Satelah mendengar cerita
dari Rasulullah s.a.w., beliau memberi komentar: “Itu adala malaikat
yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa……..” Tidak lama kemudian
Waraqah meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu Rasulullah s.a.w.
tidak menerima wahyu.
Imam al-Buhari
menceritaskan dari jalur Jabir bin Abdillah yang mendengar Rasulullah
menceritakan tentang masa kekosongan wahyu:
“Ketika aku sedang berjalan,
tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala kuangkat,
kelihat malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’ sedang duduk di
kursi antara langit dasn bumi. Aku merasa ketakutan sehingga jatuh
ketanah. Aku segera pulang menemui istriku dan kekatakan kepadanya.
Selimutilah aku, selimutilah akau, selimutilah aku. Kemudian, Allah
menurunkan firman-Nya.” Wahai orang-orang berselimut,…….(al Muddtsir:
1-7). Sejak itu wahyu diturunkan secara kontinyu”
Klasifikasi Wahyu
Klasifikasi Wahyu yang menjadi sumber risalah dan da’wah, menurut Ibnu Qayyum:
1. Mimpi yang benar.
2. Wahyu yang dibisikkan oleh malaikat kedalam hati beliau tanpa terlihat oleh beliau.
3. Malaikat datang kepada Rasulullah s.a.w, dalam wujud seorang lelaki, sampai beliau mengetahui apa yang dikataknnya.
4. Jibril datang kepada beliau sepertri bunyi lonceng dan masuk ketubuh beliau sehingga dahi beliau mengucurkan keringat.
5. Rasulullah s.a.w. melihat
jibril dalam bentuk aselinya, lalu Jibril menyampaikan kepada beliau
apa yang dikehendaki oleh Allah kepada beliau (lihat surat an-Najm).
6. Wahyu yang disampaikan kepada beliau mada malam mi’raj.
7. Firman Allah kepada beliau tanpa perantaraan, sebagaimana berbicara kepada Nabi Musa.
Materi Da’wah.
Materi-materi da’wah terkait dengan hal-hal berikut ini: 1.
Tauhid. 2. Iman kepada hari kiamat. 3. pembersihan jiwa dengan
menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk,
dan dengan melakukan hal- hal yang baik dan utama. 4. Penyerahan
segala sesuatu kepada Allah Ta’ala. 5. Semua itu setelah beriman
kepada risalah Muhammad s.a.w. , dan berada di bawah kepemimpinan dan
bimbingannya.
Fase da’wah:
1. Fase Makkah, kira-kira tiga belas tahun
2. Fase Madinah , selama sepuluh tahun
Setiap fase mengandung beberapa tahapan.
Fase Makkah dibagi atas da’wah secara rahasia dan da’wah secara terang-terangan:
1. Da’wah secara rahasia,
dilakukan secara rahasia agar penduduk Makkah tidak dikejutkan oleh
hal-hal yang dapat membangkitkan kemarahan. Rasulullah s.a.w.
menawarkan Islam kepada orang-orang yang paling dekat dengan beliau,
terutama ditujukan kepada kerabat dekat dari Bani Hasyim dilaksanakan
secara sembunyi (sirriyah) dan secara fardiyah (personal),
Generasi Islam yang pertama:
Khadijah binti Khuwalid, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu
Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan. Az-Zubair Ibnul Awwan al-Asadi.
Abdur Rahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waraqas az-Zuhri, Thallah bin
Ubaidillah at-Taimi.
Generasi Islam berikutnya: Bilal bin Rabbah al- Habasyi, Abu Ubaidah
Amir Ibnul Jarrah, Salmah bin Abdil Asad al- Mazhum, al-Aqram bin Abi
Arqam al Mahzumi, Ustman bin Mahzym dan dua saudaranya Qudamah dan
Abdullah, Ubaidah bin Al Harits bin al-Muththalib, Said bin Zaid al
Adawi dan istrinya Fatimah (saudara Umar Ibnul Kaththab). Khabab bin
al-Art. Abdullah bin Mas’ud al- Hudzali. Seluruhnya mencapai jumlah
empat puluh orang.
Karen Amstrong
menulis secara lebih detail dalam bukunya Muhammadm, A Biography of the
Prophet: Orang-orang Muslim yang pertama dari pihak famili Nabi s.a.w:
Khadijah, Zaid bin Harits , Ali dan Ja’far bin Abu Thalib; Abdullah
bin Jahsy, beserta saudara lelakinya Ubaidillah dan saudara
perempuannya Zainab binti Yahsy (yang menikah dengan Zaid bin Haritsah,
kemudian dicerai dan kemudian menikah dengan Nabi s.aw). dan ibu
mereka Shafiyah binti Abdul Muthalib (bibi Nabi). Ummu Fadhal (istri
Abbas, paman Nabi), Salamah; dan Ummu Aiman,. beliau ini adalah budak
perempuan kecil yang diberikan Abdullah kepada isterinya Aminah
(orang tua Nabi) dan dikawinkan dengan Zaid bin Harits (salah seorang
putra mereka bernama Usamah bin Zaid (yang dalam usianya masih
sangat muda pernah ditunjuk Nabi sebagai panglima perang melawan kaun
Kristen Romawi).
Pengikut
yang sangat penting diluar lingkup keluarga Nabi, adalah Attiq bin
Utsman (yang labih dikenal dengan nama Abu Bakar asy Syiddiq): Utsman
bin Affan: Thallah bin Ubaidillah (sepupu Abu Bakar): Abdullah bin
Mas’ud (seorang pengembala yang kemudian dikenal sebagai penghafal Al
Qur’an dan ahli hadits): Khabbab bin al Arat (seorang pandai besi):
Suhaib bin Sinan ; Ammar bin Yasir (budak yang kemudian dibebaskan);
Bilal bin Rabah al Habasyi (mantan budak yang pernah mengalami siksaan
yang amat berat oleh majikannya Umayyah bin Khalaf karena telah masuk
Islam, dan kemudian dibeli dan dibebaskan Abu Bakar asy Syiddiq dan
dikenal sebagai tukang azan). Fathimah binti al Khaththab (Saudara Umar
bin Khaththab) dan lain-lain yang jumlahmya mencapai lebih dari 40
orang. Demikian Karen Amstrong.
Surat-surat dan
ayat-ayat yang turun secara kontinyu setelah awal surat Muddatstsir,
umumnya adalah surat atau ayat yang pendek sesuai dengan kondisi saat
itu, tentang pembersihan jiwa, penggambaran surga dan neraka dan
sebagainya.
Allah S.W.T. mewajibkan shalat dua rakaat diwaktu pagi dan petang.
Q.S.Al Mu’min :55
55. "Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu
benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji
Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.
Walaupun da’wah masih dilakukan sirriyah atau fardiyah,
dalam waktu tiga tahun tersebut telah terbentuk jama’ah orang-orang
mu’min yang tegak diatas ukhuwah dan ta’awun (tolong menolong) , serta
penyampaian risalah dan pengokohannya.
2. Da’wah secara terang-terangan
terhadap orang-orang" musyrik penduduk Makkah, mulai tahun
keempat kenabian sampai akhir tahun kesepuluh kenabian, ditujukan
kepada kaum kerabat terdekat. Kemudian da’wah ditujukan kepada kaum
musyrikin diluar Makkah, mulai tahun ke sebelas dari masa kenabian
sampai dengan hijrah ke Madinah.
Firman Allah Ta’ala yang terkait dengan perintah da’wah : "...dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, Q.S.Asy-Syu’ara (26) :214
" Maka sampaikanlah olehmu
secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". Q.S.Al-Hijr (15): 94
Luapan amarah,
keheranan, kecaman, dari orang-orang musyrik terhadap da’wah yang
dilakukan Rasulullah s.a.w. yang mendapat dukungan sepenuhnya dari paman
beliau Abu Thalib seorang tokoh Quraisy yang terpandang dan disegani.
Mereka mendatangi Abu Thalib, memberitahukan bahwa kemenakannya telah
menghina tuhan-tuhan mereka, mencela dan merendahkan kepercayaan
mereka, dan menganggap sesat nenek moyang mereka. Mereka meninta agar
Abu Thalib berupaya mencegahnya atau memberikan kesemparan kepada
mereka untuk menyelesaikannya.
Orang-orang musyrik
bermufakat dan melakasakan upaya-upaya untuk mencegah agar Rasulullah
s.a.w. tidak dapat melaksanakan tugas beliau. Suatu ketika Rasulullah
mendatangi orang-orang ditempat kediaman mereka di pasar Ukazh, dipasar
Majnah, dan di pasar Dzil Majaz, menyeru mereka ke jalan Allah. Abu
Lahab mengikuti dibelakang beliau dengan mengatakan.”Jangan kalian ikuti dia, dia adalah seorang yang telah keluar dari agama (kalian) dan pendusta”
Berbagai Cara untuk Menantang Da’wah
Untuk menantang da’wah Rasulullah s.a.w. kaum musyrikin memiliki berbagai cara seperti berikut:
1. Mencemoh, menghina,
melecehkan, mendustakan dan mentertawakan kaum Musliman.(al-Hijr: 6 ;
Shad: 4 ;al-Qalam: 53 ; al-Muthaffin: 29.30)
2. Memperburuk citra ajaran,
menebarkan propaganda palsu disekitar ajaran dan pribadi beliau
(al-Furqan : 4,5, 7 ; an Nahl: 103)
3. Menyaingi Al-Qur’an dengan
dongeng=dongeng orang terdahulu. An-Nadlar bin al-Harits, sengaja pergi
ke Hirah dan di sana mempelajari kisah raja-raja Parsi, kisah-kisah
Rustum dan dan Asfandayar. (Luqman: 6).
4. Berusaha untuk memadukan
antara Islam dan Jahiliyah. Ada usulan dari kaum musyrik untuk menyembah
tuhan masing-masing secara bergiliran setahun sekali. (al Qalam: 9)
Penindasan Oleh Orang-Orang Musyrik.
Rasulullah s.a.w.
adalah seorang yang berwibawa dan disegani oleh lawan dan kawan, dan
beliau pun berada dibawah perlindungan pamannya Abu Thalib. Tidak
seorangpun yang berani meremehkan jaminan yang diberikan keselamatan
oleh pamannya. Kondisi inilah yang menggoncangkan dan membingungkan
orang-orang Quraisy.
Setelah melihat
upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menentang da’wah tidak
berhasil, mereka kembali berkumpul dan membentuk suatu panitia yang
terdiri dari dua puluh lima tokoh Quraisy, dipimpin oleh Abu Lahab
(paman Rasulullah s.a.w.) Keputusan yang diambil adalah berupaya lebih
keras untuk memerangi Islam, menyakiti Rasulullah s.a.w., menyiksa
orang-orang yang masuk Islam, melancarkan berbagai hukuman dan siksa
kepada mereka terutama yang lemah, tidak dilindungi kabilah. Allah SWT.
menunjukkan sembilan sifat yang terdapat dalam diri Abu Lahab ( Q.S
Al-Qalam : 10-13 )
Berbeda dengan orang
Quraisy lainnya, Abu Lahab ternyata lebih berani. Dia mengikuti
perjalanan Rasulullah ketika musim haji dan musim pasar untuk
mendustakan beliau. Dia pernah melemparkan batu mengenai kaki Rasulluah
sehingga berdarah. Dia pernah sesumbar untuk menginjak leher Rasulullah
s.a.w. ketika sedang shalat (namun ketika hendak melakukannya, dia
terhalang oleh parit api dan suatu mahluk yang menakutkan dan
bersayap). Dia juga menusuk dada Sumayyah, mantan budak Bani Makhzum,
dengan tombak hingga tewas (wanita pertama syahid dalam Islam). Anaknya
Amar bin Yasir dan suaminya juga disiksa hingga meninggal.
Abu Lahab menyuruh anaknya Utbah dan Utaibah
menceraikan istri mereka Ruqaiyah dan Ummu Kaltsum, putrid Rasulullah
s.a.w. Istri Abu Lahab, Ummu Jamil Arwa binti Harb bin Umayyah
(saudara Abu Sufyan), dia membawa duri dan meletakkannya di jalan
tempat lewat Nabi dan di depan pintu beliau dimalam hari. Dia seorang
wanita yang suka menjulurkan lidahnya, melakukan kedustaan, mengobarkan
api fitnah, sehingga Al-Qur’an menggambarkannya pembawa kayu baker
(hammallatal hathab) (Q.S. Al-Lahab)
Orang-orang lain, para tetangga yang turut menyakiti Nabi s.a.w. seperti halnya Abu Lahab, adalah al- Hakam bin Abil Ash bin Ummayah, Utbah bin AbiMu’ith, Adi bin Hamra’. Ats- Tsaqah, Ibnul Ashda’ AL-Hudzali.
Umayyah bin Khalaf al-Jamhi, setiap
berjumpa atau melihat Rasulullah s.a.w. selalu mengumpat dan mencela .
(Qs. Al-Humazah:1). Dia juga menyiksa budaknya, Bilal, diikat lehernya
dan diseret, dijemur di terik matahari, dadanya ditindih dengan batu,
sampai akhirnya dibebaskan dan dibeli oleh Abu Bakar. Abu Bakar juga
membeli beberapa budak lainnya dan membebaskan mereka.
Mus’ab bin Umair
anak seorang kaya-raya, diusir dari rumahnya oleh ibunya setelah
diketahui keislamannya. Dan masih banyak lagi kejadian lainnya.
Hijrah ke Abasyah
Rombongan pertama
hijrah ke Habasyah yang dilakukan para shabat pada pertengahan tahun
ke-5 dari masa kenabian, karena tidak tahan menhadapi kezaliman dari
kaum musyrikin. Raja Habasyah pada saat itu bernama Najasyi,
beragama Nasrani. Pada hijrah yang pertama ini rombongan berada
dibawah pimpinan Ustman bin Affan r.a, sebanyak 14 orang lelaki dan 4
orang perempuan, diantara mereka terdapat istri Utsman Ruqayyah
binti Rasulullah, Salamah dan suaminya Abu Salamah, serta Ja’far bin
Abu Thalib.
Bulan Ramadhan
Rasulullah s.a.w. keluar ke al-Haram dimana berkumpul orang-orang
Quraisy, kemudian ditempat itu secara tiba-tiba beliau mebacakan surat
An Najm dan tanpa sadar mereka mendengarkan bacaan dan turut sujud
tilawah bersama Rasulullah s.a.w. setelah membaca:
62. "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)."
Berita yang sampai
kepada orang-orang Muslim di Habasyah, bahwa orang-orang musyrik telah
masuk Islam, sehingga pada bulan Syawal mereka kemabali ke Makkah,
Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebagian mereka ada yang
kembali ke Habasyah dan sebagian ada yang kembali ke Makkah secara
sembunyi sembunyi.
Rombongn ke dua hijrah ke Habasyah menyusul kemudian, yang terdiri
dari 83 orang lelaki dan 29 orang perempuan. Kaum Quraisy mengirim dua
orang utusan (Amru bin al-Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah). Dengan
membawa hadiah untuk raja Najasi di Habasyah, utusan Quraisy
menyampaikan pengaduan dan fitnah dan kemudian meminta Raja Najasyi
memulangkan rombongan pengungsi tersebut. Namun Raja menolak
permintaan mereka, setelah memanggil dan mendengarkan penjelasan dari
orang-orang yang mengungsi, ( diwakili Ja’far bin Abi Thalib) mengenai
apa apa yang terjadi, serta penjelasan perihal Islam sebagai agama
baru yang mereka anut. Setelah mendengar pandangan Islam terhadap
Nabi Isa a.s. sebagai mana disebutkan dalam surat “Kaf Ha Ya ‘Ain
Shad” (Surat Maryam) yang dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib (
berindak sebagai juru bicara), raja Najasyi kemudian mengusir utusan
Quraisy tersebut dan memerintahkan untuk membawa kembali
hadiah-hadiah yang semula telah mereka berikan kepada raja.
Hamzah dan Umar Masuk Islam
Bulan Dzul Hijjah tahun ke 6 dari masa kenabian, Hamzah bin Abdul Muthalib memeluk Islam, disusul tiga hari kemudian oleh Umar bin Khattab.
(dari Bani Ady bin Ka’ab) Kejadian tersebut diatas membuat panik
kaum kafir Qureisy. Mereka kemudian berusaha menawarkan kepada Nabi
saw. segala hal yang mungkin menjadi tuntutan beliau, agar menghentikan
dakwahnya. Namun setelah Nabi Muhammad saw. memberikan jawaban kepada
juru bicara kaum Quraisy, Utbah bin Rabi’ah, dengan membacakan firman
Allah SWT surat Fushshilat ayat 1-5 (dalam riwayat lain ayat yang
dibaca sampai dengan ayat 13) Uthbah malahan berbalik menjadi mendukung
Rasulullah.