Sabtu, 12 Januari 2013

Sirah Nabawiyah

MUKADIMAH

           Segala puji adalah milik Allah SWT. Semoga shalawat serta salam penghormatan senantiasa terlimpah bagi Rasulullah berikut segenap keluarga dan shahabatnya. Mengapa Sirah Nabawiyah perlu dipelajari. Didalam Sirah Nabawiyah diceritakan berbagai peristiwa yang perlu diketahui, terkait dengan Nabi Muhammad s.a.w. nasab keturunan beliau, masa kacil dan masa remajanya, risalah-risalah yang beliau sampaikan setelah diangkat menjadi Rasul, peristiwa peperangan dengan kaum kafir; beliau sebagai pemimpin negara, sebagai kepala pasukan, bahkan sebagai suami, dan bapak dari anak-anak beliau, dan Rassulullah s.a.w. sebagai rahmatan lil alamin.
           Mengikuti Rasul dalam pengertian Iman kepada Rasul Allah, adalah mengikuti apa yang diajarkannya (suri tauladannya) sebagaimana diajarkan dalam hadits dan sunnah Rasul, yang bersumber dari Al Qur’an. Hadits Rasulullah Saw. : “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal , tidak sekali-kali kamu sesat selama kamu berpegang kepadanya, yakni Kitabullah dan Sunnah RasulNya”(H.R. Malik, T.M. Hasbi ash Shiddiq, Sejarah& Pengantar Imu Hadits) Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Al Ahzab 33:21) Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Ali Imran (3) : 31)

           Materi tulisan yang terdapat didalam Naskah ini, yang diberi judul “Sirah Nabawiyah, Sejarah Singkat Nabi Muhammad s.a.w.”, merupakan singkaan atau intisari dari tulisan yang bersumber kepada: 
1. Buku sejarah yang disusun Syaikh Safiyyur-Rahman al Mubarakfury. Beliau adalah seorang ulama India, dan aseli bukunya berjudul: ar-Rahiq al Makhtum Bahtsum fi as- Sirah an Nabawiyah ‘ala Shahibiha afdhal as Shalat was-Salam. Buku ini adalah pemenang pertama dalam sayembara penulisan Sirah Nabawiyyah yang diselenggarakan pada tahun 1396 H atau 1976 M, oleh Rabitah Alam Islami yang berkedudukan di Makkah Buku ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul “Sirah Nabawiyah” setebal 747 halaman, Penerbit Rabbani Press Jakarta. 

 2. Buku sejarah yang ditulis Karen Armstrong, yang berjudul “Muhammad, A Biography of the Prophet”, dan telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan nama “Muhammad Sang Nabi”, penerbit: Risalah /Gusti, Surabaya, 409 halaman. Beliau adalah seorang penulis wanita asal Inggeris, mantan biarawati Katholik Roma, mantan dosen sastra Inggeris di Universitry of London dan lain-lain jabatan. Beliau juga penulis buku-buku yang terlaris di Amerika seperti:”Thrugh the Narrow Gate”; “A History of God”;“The Battle for God”; “Jerussalem, one City Three Faiths” dan lebih dari sepuluh buku lainnya, dan beberapa sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

 3. Buku “Seleksi Sirah Nabawiyah, Studi Kritis Muhadditsin terhadap Riwayat Dhaif” yang ditulis oleh Dr. Akram Dhiya Al Umuri. Dengan judul asli: ash-Shirah an-Nabawiyah ash Shahihah: Muhawalah li Tahibiq Qawa’id Al-Muhadditsin fi Naqdi as-Sirah an-Nabawiyah”, 819 halaman, terbitan Darul Falah Jakarta. Beliau adalah seorang ahli hadits dan ahli sejarah dari Universitas Madinah. Beliau melakukan pengkajian atas nash-nash pendukung, dan beliau sebutkan apakah tingkat haditsnya shahih, hasan atau dhaif. 
         Kerangka tulisan (pembabakan) didalam naskah ini disesuaikan dengan buku Syaikh Shafiyur-Rahman, begitu juga sebagian besar isi materinya sebagian besar dikutip dari buku beliau. Untuk beberapa peristiwa ada yang ditambah, dikutipkan dari buku Karen Amstrong sebagai pendukung dan agar lebih detail. Terhadap suatu kejadian yang dirasa perlu untuk metonjolkan ke- shahih-annya, maka materinya dikutip dari buku Dr. Akram Dhiya al-Umuri. Sumber asli (buku rujukan, hadits dsb) dari setiap peristiwa didalam Naskah ini, sengaja tidak turut dikutip dan tidak dicantumkan, semata-mata karena pertimbangan agar tulisan tidak terlalu panjang. Adalah sulit untuk menyingkat suatu bahasan sehingga tetap dalam pengertian yang utuh, sementara ada juga beberapa peristiwa yang harus diceritakan dengan agak detail. Firman Allah Ta’ala yang terkait dengan peristiwa sejarah, sebagian telah disajikan secara lengkap baik ayat-ayatnya maupun terjemahannya. 

            Bagaimanapun juga, membaca buku aslinya adalah lebih utama, selain disajikan secara populer dan bahasa yang menarik, disana disebutkan juga dalam cacatan kaki hadits-hadits dan nama-nama kitab yang yang dijadikan rujukan. Dengan adanya naskah ini diharapkan kepada pembacanya, akan adanya peningkatan rasa keimanan, kecintaan dan ketaatan kepada Rasul Muhammad s.a.w. dan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amin 

Penyusun: Drs.LokmanMuchsin 



 SEJARAH SINGKAT NABI MUHAMMAD S.A.W. NASAB NABI S.A.W. 
NASAB NABI  DAN KELUAGANYA

           Suku Quraisy (dimana klan Bani Hasyim termasuk didalamnya) dinamakan kepada anak-cucu keturunan Fihr. Silsilah urut-urutanya dari bawah keatas: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyin bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luhay bin Ghalib bin Fihr (kepadanya dinisbatkan kabilah Qurais) bin Malik bin Nadjar bin Kinanah bin Khuzainah bin Mu’id bin Adnan dan apabila diteruskan keatas (sampai lima puluh tujuh generasi ) akan sampai dengan Nabi Ismail bin Nabi Ibrahin ‘alaihis salam. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diperkirakan hidup pada abad XX S.M. 
 Bani Hasym.
           Hasyim (Alah Amru) putra bin Abdi Manaf (Mughirah) bin Qushay (Zaid), memiliki tiga orang saudara: Al-Muththalib. Abdi Syam, Nauval. Belian mendirikan klan tersendiri ditengah suku Quraisy lain yang bernama Bani Hasyim. Hasyim menikah di Madinah dengan Salma binti Amru dari Bani Amru bin Najar. Mereka memiliki empat orang anak lelaki: Asad; Abu Shaifi; Nadl-lah; dan Abdul Muththalib dan lima anak perempuan: Asy-Saifa, Khadah, Dha’ifah Rukayyah dan Jannah
            Hasyim meninggal di Gaza (Pelestina) tahun 497 M. Salma membesarkan dan mendidik anak-anaknya di Yatsrib (Madinah). Setelah remaja Abdul Muththalib diajak ikut pamannya Al-Muththali bin Abdi Manaf ke Makkah. Keluarga Hasyim mendapat tugas terhormat dari sukunya (dari keturunan Abdi Manaf) untuk memberi jamuan makan dan minum kepada orang-orang yang haji. Abdul Muththalib bin Hasyim (kakek Rarusullah s.a.w.) memiliki sepuluh orang anak lelaki : Al Harits; Az Zubair; Abu Thalib; Abdullah (ayah Rasulullah s.a.w.); Hamzah; Abu Lahab; Al Ghidaq; Muqawwim; Shaffar; Al Abbas; dan memiliki enam orang anak perempuan: Ummul Hakim; Barrah; Atikah; Shafiyyah, Anwa dan Amina

           Beberapa peristiwa terjadi semasa Abdul Muththalib adalah : • Terjadinya perselisihan sesama keturunan Abdi Manaf lainnya, karena perebutan harta warisan dan hak untuk mengurus ka’bah dan urusan haji.
• Berdasarkan petunjuk mimpi dilalukan pencarian dan penggalian sumur zamzam. Pada saat penggalian diketemukan barang-barang berupa pedang, perisai, dan dua kijang dari emas. Kijang emas kemudian diletakkan didekat pintu Ka’bah dan air zamzam untuk minum para haji. 
Peristiwa gajah. Ketika Abrahah pemuda Habasyah yang menjadi wakil Najasyi diwilayah Yaman, melihat orang-orang Arab melakukan haji di Ka’bah., Abrahah membangun sebuah gereja besar di Shan’a dan ingin mengalihkan haji orang-orang Arab ke gereja tersebut. Berita ini didengar oleh salah seorang dari Bani Kinanah, kemudian ditengah malam dia masuk kedalam gereja dan melumuri kiblatnya dengn kotoran. Karena kejadian tersebut, Abrahah marah dan kemudian dengan mengederai gajah bersama empat puluh ribu tentara, berangkat ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Setelah sampai di Mahsyar ( antara Musdalifah dan Mina), pasukan gajah mogok tidak mau meneruskan perjalanan, dan ketika itulah Allah Ta’ala mengirim burung Al Babil menjatuhkan batu-batu kecil bekas tanah yang terbakar (sebesar kacang) dan orang-orang yang terkena batu tersebut langsung binasa. Sedangkan Abrahah sendiri dapat kembali bersama sisa pasukanny, namun   sebelum tiba Shan’a telah meninggal dunia terkena suatu penyakit.
       
Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. 

         Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 53 tahun sebelum hijrah (S.H.) bertepatan dengan tanggal 22 April 571 M, ditengah keluarga Bani Hasyim di Makkah. Ibu beliau bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zahrah bin Kilab, dan ayah beliau bernama Abdullahh bin Abdul Muththalib bin Hasyim.  Ayah beliau meningggal dunia di Madinah, ketika beliau masih dalam kandungan ibunya Orang yang pertama kali menyusuinya selain ibunya adalah Tsuaibah, mantan budak Abu Lahab, jang juga memiliki bayi bernama Masruh. Bayi lain yang pernah disusui Tsulabah ini adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Abu Salamah bin Abdul Asad. 


 Di Tengah-Tengah Bani Sa’d. 
         Seorang wanita dari Bani Sa’d, yaitu Halimah binti Abi Dzuaib (dikenal sebagai Halimah Sa’diyah, istri al-Harits bin Abdil Uzza (Abu Kabsyah). kemudian menyusui Rasulullah s.a.w. dan mengasuhnya bersama Abu Sufyan bin al-Harits. Saudara susu beliau adalah putra-putri, Al-Harits bin Abdul Muththalib (paman beliau) yaitu: Abdullah, Anisah, Hudzafah atau Judzmah atau asy- Syaima, dan juga Hamzah bin Abdul Muththalib (paman beliau).  
        Halimah, termasuk didalam rombongan wanita bani Sa’d, ditengah musim pacekelik, mencari tambahan penghasilan ke Makkah, yaitu mencari orang-orang yang mau memberi upah kepada ibu yang dapat menyusui anak mereka. Setiap ibu yang ditawari untuk menyusui Rasulullah s.a.w., menolaknya setelah mengetahui bahwa belian adalah seorang anak yatim. Namun Halimah terpaksa menerimanya karena tidak ada yang lain. dan berharap semoga hal ini membawa keberkahan bagi keluarga mereka. Ternyata pada saat itu juga, air susu Halimah menjadi banyak, begitu juga keledai yang mereka tunggangi, yang kurus dan telah kepayahan, menjadi kuat kembali dan ketika pulang ke perkampungan mereka, keledai mereka berlari cepat mendahului rombongan dan sampai lebih dahulu di rumah, Keberkahan itu terus berlanjut, air susu Halimah menjadi banyak , sehingga ketika telah berumur dua tahun pertumbuhan anak lebih cepat dari pada anak-anak yang lain. Begitu juga onta dan kambing mereka menjadi gemuk dan banyak susunya, dan rumput tempat mengembalakan ternak menjadi subur. 
       Usia 4 atau 5 tahun (ahli sejarah berbeda pendapat mengenai hal ini) ketika sedang bermain dengan teman-temannya, terjadi peristiwa pembedahan dada Muhammad oleh Malaikat Jibril a.s, mengeluarkan hatinya, mencucinya, mengambil segumpal darah hitam dan kemudian memasukkan kembali kedalam tubuhnya. Teman-temannya berlari pulang memberitahukan kepada ibu susunya. Dan mereka melihat wajah Muhammad s.a.w. dalam keadaan pucat. Kembali Kepangkuan Kakeknya.
        Usia 5 tahun, setelah peristiwa tersebut dan karena merasa khawatir, beliau diantarkan kembali kepada ibunya ke Makkah, dan tinggal bersama ibunya. Usia 6 tahun, oleh ibunya yang ditemani Ummu Aiman (nama panggilan seorang budak wanita yang bernama Barakah). dibawa berziarah kemakan ayahnya di Madinah Seminggu kemudian, dalam perjalanan kembali pulang ke Makkah ibunya meninggal dunia di Abwa. Selanjutnyua beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muththalib yang sangat menyayanginya dan membawanya kembaki ke Makkah.


Dibawah pemeliharaan Pamannya

       Usia 8 tahun kakek beliau, Abdul Muththalib meninggal dunia, dan selanjutnya Muhammad s.a.w. diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Suatu hari orang-orang Quraisy berkumpul disekitar ka’bah untuk berdoa meminta hujan. Abu Thalib membawa kemenakannya dan menyandarkannya di Ka’bah. Pada saat itu tidak ada awan yang menggumpal di langit, tetapi awanpun kemudian datang dari berbagai penjuru lalu turunlah hujan lebat, lembah-lembah memancarkan air, tanah menjadi subur. Abu Thalib berkata mengenai hal ini: “Mereka berdoa meminta hujan melalui pribadi Muhammad, seorang anak yatim yang tak berharga” 
           Usia 12 tahun beliau diajak ikut berdagang bersama pamannya ke Syam. Dalam salah satu perjalanan di Bashra dekat kota Syam, mereka bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Bahira. Pendeta ini memberitahukan kepada Abu Thalib tentang tanda-tanda kenabian yang dimiliki Muhammad, dan menyarankan untuk membawanya pulang dan tidak mengajaknya ke Syam karena khawatir dijahati oleh orang-orang Yahudi. Atas pertanyaan Abu Thalib, mengenai tanda-tanda kenabian, Bahira menjawa: “Ketika kalian turun dari bukit, seluruh batu dan pohon bersujud, batu-batu dan pohon-pohon tersebut tidak akan sujud kecuali kepada seorang Nabi. Sayapun mengenalnya melalui cap kenabian seperti buah apel yang terletak ditulang pundaknya dan hal ini terdapat didalam kitab-kitab kami” 
            Usia 15 tahun beliau sudah aktif membantu pamannya dalam peperangan antara suku Quraisy dan Kinanah melawan suku Qais ‘Alian (perang Fijjar). Setelah peperangan tesebut selesai, diadakan perjanjian persekutuan kebajikan (Hilful Fudlul) diantara beberapa suku Quraisy di Makkah dimana mereka bersepakat dan saling berjanji untuk mencegah terjadinya kezhaliman di Makkah, dan akan membela orang- orang yang terzhalimi. Perjanjian dilakukan di rumah Abdullah bin Jad’an dan disaksikan oleh Rasulullah s.a.w. 
           Usia remaja Rasulullah dilalui dalam masa-masa yang berat, pernah menjadi pengembala kambing ditengah keluarga Bani Sa’ad, dengan upah beberapa qirath.


 Pernikahan dengan Khadijah 
            Usia 25 tahun beliau mendapat kepercayaan seorang saudagar, Khadijah binti Khuwailid dari Bani Asad (40 tahun), untuk pergi ke Syam membawa barang dagangannya, ditemani pembantu Khadijah yang bernama Maisarah. Khadijah tertarik akan perilakunya yang cerdas, ulet dan dapat dipercaya, memiliki reputasi yang tinggi dimata masyarakat , serta terkesan oleh kualitas kemanusiaan yang dimiliki oleh pemuda Muhammad. Khadijah memiliki saudara sepupu, bernama Waraqah bin Naufal, seorang hanif, yang telah menjadi Kristen dan mempelajari kitab suci, sehingga iapun telah sering mendengar darinya tentang masalah agama. Kadijah seorang janda kaya yang memang sedang mencari suami, kemudian dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah melamar Muhammad untuk dijadikan suami sehingga kemudian mereka menikah, dua bulan setelah kepulangannya dari Syam, dengan mas kawin dua puluh ekor unta muda. 
            Pada pernikahannya, Khadijah menhadiahkan kepada suaminya sorang budak laki-laki dari suku Kalb di Arab Utara, Zaid bin Harits, yang menjadi sangat dekat dengan majikannya dan dianggap sebagai anak angkat. 


Membangun Ka’bah 

           Pada usia 35 tahun, beliau turut serta dalam pekerjaan merenovasi ka’bah yang hampir runtuh terkena banjir besar, dan dinding-dindingnya banyak yang sudah retak karena dimakan waktu. Dinding ka’bah dihancurkan sampai pada fondasi yang dibangun Nabi Ibrahim a.s, kemudian dibangun yang baru. Setiap kabilah Quraisy mendapat pembagian tugas dan melaksanakan perkerjaannya masing-masing, namun perselisihan terjadi ketika sampai kepada siapa yang akan meletakkan hajar aswad ketempatnya semula. Umayyah bin al Mughirah al Makhzum mengusulkan agar menyerahkan keputusan atas persoalan yang diperselisihkan itu kepada orang pertama yang akan mendatangi ka’bah melalui pintu masjid. Orang pertama itu adalah Muhammad, yang kemudian disetujui semua pihak. Beliau meminta sehelai kain, membentangkanya dan meletakkan hajar aswad ditengah kain , kemudian mempersilakan seluruh kepala kabilah untuk mengangkat kain bersama-sama membawanya ketempatnya, dan setelah sampai Muhammad pun mengangkat batu hitam tersebut dan meletakkanya ditempatnya semula. 


 MASA KENABIAN 
            Sejarah Singkat Sebelum Kenabian Sesungguhnya pada diri Nabi Muhammad s.a.w. telah terhimpun dalam kehidupannya berbagai keistimewaan. Beliau adalah manusia mulia yang memiliki pemikiran jernih, cerdas, sikap diamnya yang lama digunakan untuk berpikir. Beliau tidak pernah minum khomer, tidak pernah makan daging binatang yang disembelih atas nama berhala. Ditengah-tengah kaumnya, beliau adalah yang paling baik akhlaqnya, paling ramah dan santun, paling jujur, paling lemah lembut, paling bagus amalannya, paling tepat janji dan paling amanah, sehingga oleh kaumnya beliau digelari al amin. Shahihul Bukhari I;3:       

           Ummul Mu’minin Khadijah r.a. mengatakan :“Beliau membantu orang yang lemah, menolong orang yang sengsara, menghormati tamu, dan membela orang yang berdiri diatas kebenaran "


 Di Angkat Menjadi Rasul. 
           Rasulullah s.a.w. telah terpelihara dari segala macam perbuatan dosa atau kemaksiatan sejak sebelum diutusnya sebagai rasul. Beliau sudah dipersiapkan untuk menerima tugas sebagai rasul yang hendak mengemban amanat kerasulan, memberikan petunjuk dan cahaya kebenaran. 
           Beliau diangkat menjadi Rasul ketika berusia 40 tahun (tepatnya beliau berusia tiga puluh sembilan tahun tiga bulan duapuluh hari ) pada 17 atau 21 Ramadhan, tiga belas tahun sebelum tahun hijriah, atau bertepatan tanggal 6 atau 10 Agustus 610 M, ketika itu beliau sedang bertahannuts di Gua Hira yang terletak di bukit Jabal Nur.
           Beliau menerima wahyu yang pertama : Q.S. Al ‘Alaq (96 ) :1-5
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[*], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [*] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. 


Jibril a.s. Turun Membawa Wahyu 

           Tentang cara turunnya wahyu tersebut dapat diketahui dari penuturan Aisyah r.a: 
 “Wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw. dimulai dari suatu mimipi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing dipagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melaksanakan khalwat di gua Hira melakukan ibadah selama beberapa malam, kemudian kembali kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal. Demikialah berulang kali hingga suatu saat beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran didalam gua Hira’. Malaikat datang kepada beliau, lalu berkata, “Bacalah” Beliau menjawab “Aku tidak dapat membaca” Rasulullah menceritakan lebih lanjut, “Malaikat itu lalu mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa lamah sekali, kemudian aku dilepaskan” Ia berkata lagi, “Bacalah”. Aku menjawab,” Aku tidak dapat membaca” Untuk ketiga kalinya ia mendekati aku dan memelukku sehingga aku merasa lemas, kemudian aku dilepaskan Selanjutnya ia berkata lagi, “ Bacalah dengan nama Rabbmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang maha pemurah." 

            Rasulullah s.a.w. segera pulang menemui istrinya Khadijah dalam keadaan gemetar sekujur badannya lalu berkata: “Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah aku” Kemudian Rasulullah menceritakan kejadian yang dialaminya. Khadiijah mengajak Rasulullah s.a.w. pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Ia memeluk agama Nasrani, dan ia dapat menulis dalam huruf Ibrani dan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dakam bahasa Ibrani. Satelah mendengar cerita dari Rasulullah s.a.w., beliau memberi komentar: “Itu adala malaikat yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa……..” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia, dan untuk beberapa waktu Rasulullah s.a.w. tidak menerima wahyu. 
            Imam al-Buhari menceritaskan dari jalur Jabir bin Abdillah yang mendengar Rasulullah menceritakan tentang masa kekosongan wahyu: 
 “Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Ketika kepala kuangkat, kelihat malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’ sedang duduk di kursi antara langit dasn bumi. Aku merasa ketakutan sehingga jatuh ketanah. Aku segera pulang menemui istriku dan kekatakan kepadanya. Selimutilah aku, selimutilah akau, selimutilah aku. Kemudian, Allah menurunkan firman-Nya.” Wahai orang-orang berselimut,…….(al Muddtsir: 1-7). Sejak itu wahyu diturunkan secara kontinyu” 


 Klasifikasi Wahyu 
            Klasifikasi Wahyu yang menjadi sumber risalah dan da’wah, menurut Ibnu Qayyum: 
1. Mimpi yang benar.

2. Wahyu yang dibisikkan oleh malaikat kedalam hati beliau tanpa terlihat oleh beliau. 

3. Malaikat datang kepada Rasulullah s.a.w, dalam wujud seorang lelaki, sampai beliau mengetahui apa yang dikataknnya. 

4. Jibril datang kepada beliau sepertri bunyi lonceng dan masuk ketubuh beliau sehingga dahi beliau mengucurkan keringat. 

5. Rasulullah s.a.w. melihat jibril dalam bentuk aselinya, lalu Jibril menyampaikan kepada beliau apa yang dikehendaki oleh Allah kepada beliau (lihat surat an-Najm). 

6. Wahyu yang disampaikan kepada beliau mada malam mi’raj. 

7. Firman Allah kepada beliau tanpa perantaraan, sebagaimana berbicara kepada Nabi Musa. 



 Materi Da’wah. 
            Materi-materi da’wah terkait dengan hal-hal berikut ini:   1. Tauhid.   2. Iman kepada hari kiamat.    3. pembersihan jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat buruk, dan dengan melakukan hal- hal yang baik dan utama.   4. Penyerahan segala sesuatu kepada Allah Ta’ala.   5. Semua itu setelah beriman kepada risalah Muhammad s.a.w. , dan berada di bawah kepemimpinan dan bimbingannya. 


Fase da’wah:

1. Fase Makkah, kira-kira tiga belas tahun 

2. Fase Madinah , selama sepuluh tahun 



 Setiap fase mengandung beberapa tahapan.  
Fase Makkah dibagi atas da’wah secara rahasia dan da’wah secara terang-terangan: 


1. Da’wah secara rahasia, dilakukan secara rahasia agar penduduk Makkah tidak dikejutkan oleh hal-hal yang dapat membangkitkan kemarahan. Rasulullah s.a.w. menawarkan Islam kepada orang-orang yang paling dekat dengan beliau, terutama ditujukan kepada kerabat dekat dari Bani Hasyim dilaksanakan secara sembunyi (sirriyah) dan secara fardiyah (personal), 

          Generasi Islam yang pertama: Khadijah binti Khuwalid, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan. Az-Zubair Ibnul Awwan al-Asadi. Abdur Rahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waraqas az-Zuhri, Thallah bin Ubaidillah at-Taimi. Generasi Islam berikutnya: Bilal bin Rabbah al- Habasyi, Abu Ubaidah Amir Ibnul Jarrah, Salmah bin Abdil Asad al- Mazhum, al-Aqram bin Abi Arqam al Mahzumi, Ustman bin Mahzym dan dua saudaranya Qudamah dan Abdullah, Ubaidah bin Al Harits bin al-Muththalib, Said bin Zaid al Adawi dan istrinya Fatimah (saudara Umar Ibnul Kaththab). Khabab bin al-Art. Abdullah bin Mas’ud al- Hudzali. Seluruhnya mencapai jumlah empat puluh orang.

            Karen Amstrong menulis secara lebih detail dalam bukunya Muhammadm, A Biography of the Prophet: Orang-orang Muslim yang pertama dari pihak famili Nabi s.a.w: Khadijah, Zaid bin Harits , Ali dan Ja’far bin Abu Thalib; Abdullah bin Jahsy, beserta saudara lelakinya Ubaidillah dan saudara perempuannya Zainab binti Yahsy (yang menikah dengan Zaid bin Haritsah, kemudian dicerai dan kemudian menikah dengan Nabi s.aw). dan ibu mereka Shafiyah binti Abdul Muthalib (bibi Nabi). Ummu Fadhal (istri Abbas, paman Nabi), Salamah; dan Ummu Aiman,. beliau ini adalah budak perempuan kecil yang diberikan Abdullah kepada isterinya Aminah (orang tua Nabi) dan dikawinkan dengan Zaid bin Harits (salah seorang putra mereka bernama Usamah bin Zaid (yang dalam usianya masih sangat muda pernah ditunjuk Nabi sebagai panglima perang melawan kaun Kristen Romawi)

             Pengikut yang sangat penting diluar lingkup keluarga Nabi, adalah Attiq bin Utsman (yang labih dikenal dengan nama Abu Bakar asy Syiddiq): Utsman bin Affan: Thallah bin Ubaidillah (sepupu Abu Bakar): Abdullah bin Mas’ud (seorang pengembala yang kemudian dikenal sebagai penghafal Al Qur’an dan ahli hadits): Khabbab bin al Arat (seorang pandai besi): Suhaib bin Sinan ; Ammar bin Yasir (budak yang kemudian dibebaskan); Bilal bin Rabah al Habasyi (mantan budak yang pernah mengalami siksaan yang amat berat oleh majikannya Umayyah bin Khalaf karena telah masuk Islam, dan kemudian dibeli dan dibebaskan Abu Bakar asy Syiddiq dan dikenal sebagai tukang azan). Fathimah binti al Khaththab (Saudara Umar bin Khaththab) dan lain-lain yang jumlahmya mencapai lebih dari 40 orang. Demikian Karen Amstrong. 

            Surat-surat dan ayat-ayat yang turun secara kontinyu setelah awal surat Muddatstsir, umumnya adalah surat atau ayat yang pendek sesuai dengan kondisi saat itu, tentang pembersihan jiwa, penggambaran surga dan neraka dan sebagainya. 
             Allah S.W.T. mewajibkan shalat dua rakaat diwaktu pagi dan petang. 
Q.S.Al Mu’min :55 55. "Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. 

            Walaupun da’wah masih dilakukan sirriyah atau fardiyah, dalam waktu tiga tahun tersebut telah terbentuk jama’ah orang-orang mu’min yang tegak diatas ukhuwah dan ta’awun (tolong menolong) , serta penyampaian risalah dan pengokohannya. 

 2. Da’wah secara terang-terangan terhadap orang-orang" musyrik penduduk Makkah, mulai tahun keempat kenabian sampai akhir tahun kesepuluh kenabian, ditujukan kepada kaum kerabat terdekat. Kemudian da’wah ditujukan kepada kaum musyrikin diluar Makkah, mulai tahun ke sebelas dari masa kenabian sampai dengan hijrah ke Madinah. 
 Firman Allah Ta’ala yang terkait dengan perintah da’wah : "...dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, Q.S.Asy-Syu’ara (26) :214 

 " Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". Q.S.Al-Hijr (15): 94 

            Luapan amarah, keheranan, kecaman, dari orang-orang musyrik terhadap da’wah yang dilakukan Rasulullah s.a.w. yang mendapat dukungan sepenuhnya dari paman beliau Abu Thalib seorang tokoh Quraisy yang terpandang dan disegani. Mereka mendatangi Abu Thalib, memberitahukan bahwa kemenakannya telah menghina tuhan-tuhan mereka, mencela dan merendahkan kepercayaan mereka, dan menganggap sesat nenek moyang mereka. Mereka meninta agar Abu Thalib berupaya mencegahnya atau memberikan kesemparan kepada mereka untuk menyelesaikannya. 

          Orang-orang musyrik bermufakat dan melakasakan upaya-upaya untuk mencegah agar Rasulullah s.a.w. tidak dapat melaksanakan tugas beliau. Suatu ketika Rasulullah mendatangi orang-orang ditempat kediaman mereka di pasar Ukazh, dipasar Majnah, dan di pasar Dzil Majaz, menyeru mereka ke jalan Allah. Abu Lahab mengikuti dibelakang beliau dengan mengatakan.”Jangan kalian ikuti dia, dia adalah seorang yang telah keluar dari agama (kalian) dan pendusta” 

 Berbagai Cara untuk Menantang Da’wah 
            Untuk menantang da’wah Rasulullah s.a.w. kaum musyrikin memiliki berbagai cara seperti berikut: 
1. Mencemoh, menghina, melecehkan, mendustakan dan mentertawakan kaum Musliman.(al-Hijr: 6 ; Shad: 4 ;al-Qalam: 53 ; al-Muthaffin: 29.30) 
2. Memperburuk citra ajaran, menebarkan propaganda palsu disekitar ajaran dan pribadi beliau (al-Furqan : 4,5, 7 ; an Nahl: 103) 
3. Menyaingi Al-Qur’an dengan dongeng=dongeng orang terdahulu. An-Nadlar bin al-Harits, sengaja pergi ke Hirah dan di sana mempelajari kisah raja-raja Parsi, kisah-kisah Rustum dan dan Asfandayar. (Luqman: 6). 
4. Berusaha untuk memadukan antara Islam dan Jahiliyah. Ada usulan dari kaum musyrik untuk menyembah tuhan masing-masing secara bergiliran setahun sekali. (al Qalam: 9) 

 Penindasan Oleh Orang-Orang Musyrik. 
            Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang berwibawa dan disegani oleh lawan dan kawan, dan beliau pun berada dibawah perlindungan pamannya Abu Thalib. Tidak seorangpun yang berani meremehkan jaminan yang diberikan keselamatan oleh pamannya. Kondisi inilah yang menggoncangkan dan membingungkan orang-orang Quraisy. 
            Setelah melihat upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menentang da’wah tidak berhasil, mereka kembali berkumpul dan membentuk suatu panitia yang terdiri dari dua puluh lima tokoh Quraisy, dipimpin oleh Abu Lahab (paman Rasulullah s.a.w.) Keputusan yang diambil adalah berupaya lebih keras untuk memerangi Islam, menyakiti Rasulullah s.a.w., menyiksa orang-orang yang masuk Islam, melancarkan berbagai hukuman dan siksa kepada mereka terutama yang lemah, tidak dilindungi kabilah. Allah SWT. menunjukkan sembilan sifat yang terdapat dalam diri Abu Lahab ( Q.S Al-Qalam : 10-13 ) 
             Berbeda dengan orang Quraisy lainnya, Abu Lahab ternyata lebih berani. Dia mengikuti perjalanan Rasulullah ketika musim haji dan musim pasar untuk mendustakan beliau. Dia pernah melemparkan batu mengenai kaki Rasulluah sehingga berdarah. Dia pernah sesumbar untuk menginjak leher Rasulullah s.a.w. ketika sedang shalat (namun ketika hendak melakukannya, dia terhalang oleh parit api dan suatu mahluk yang menakutkan dan bersayap). Dia juga menusuk dada Sumayyah, mantan budak Bani Makhzum, dengan tombak hingga tewas (wanita pertama syahid dalam Islam). Anaknya Amar bin Yasir dan suaminya juga disiksa hingga meninggal. 
           
             Abu Lahab menyuruh anaknya Utbah dan Utaibah menceraikan istri mereka Ruqaiyah dan Ummu Kaltsum, putrid Rasulullah s.a.w. Istri Abu Lahab, Ummu Jamil Arwa binti Harb bin Umayyah (saudara Abu Sufyan), dia membawa duri dan meletakkannya di jalan tempat lewat Nabi dan di depan pintu beliau dimalam hari. Dia seorang wanita yang suka menjulurkan lidahnya, melakukan kedustaan, mengobarkan api fitnah, sehingga Al-Qur’an menggambarkannya pembawa kayu baker (hammallatal hathab) (Q.S. Al-Lahab)  

             Orang-orang lain, para tetangga yang turut menyakiti Nabi s.a.w. seperti halnya Abu Lahab, adalah al- Hakam bin Abil Ash bin Ummayah, Utbah bin AbiMu’ith, Adi bin Hamra’. Ats- Tsaqah, Ibnul Ashda’ AL-Hudzali. 
              Umayyah bin Khalaf al-Jamhi, setiap berjumpa atau melihat Rasulullah s.a.w. selalu mengumpat dan mencela . (Qs. Al-Humazah:1). Dia juga menyiksa budaknya, Bilal, diikat lehernya dan diseret, dijemur di terik matahari, dadanya ditindih dengan batu, sampai akhirnya dibebaskan dan dibeli oleh Abu Bakar. Abu Bakar juga membeli beberapa budak lainnya dan membebaskan mereka. 
             Mus’ab bin Umair anak seorang kaya-raya, diusir dari rumahnya oleh ibunya setelah diketahui keislamannya. Dan masih banyak lagi kejadian lainnya. 

 Hijrah ke Abasyah 
            Rombongan pertama hijrah ke Habasyah yang dilakukan para shabat pada pertengahan tahun ke-5 dari masa kenabian, karena tidak tahan menhadapi kezaliman dari kaum musyrikin. Raja Habasyah pada saat itu bernama Najasyi, beragama Nasrani. Pada hijrah yang pertama ini rombongan berada dibawah pimpinan Ustman bin Affan r.a, sebanyak 14 orang lelaki dan 4 orang perempuan, diantara mereka terdapat istri Utsman Ruqayyah binti Rasulullah, Salamah dan suaminya Abu Salamah, serta Ja’far bin Abu Thalib. 
            Bulan Ramadhan Rasulullah s.a.w. keluar ke al-Haram dimana berkumpul orang-orang Quraisy, kemudian ditempat itu secara tiba-tiba beliau mebacakan surat An Najm dan tanpa sadar mereka mendengarkan bacaan dan turut sujud tilawah bersama Rasulullah s.a.w. setelah membaca: 62. "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)." 
             Berita yang sampai kepada orang-orang Muslim di Habasyah, bahwa orang-orang musyrik telah masuk Islam, sehingga pada bulan Syawal mereka kemabali ke Makkah, Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebagian mereka ada yang kembali ke Habasyah dan sebagian ada yang kembali ke Makkah secara sembunyi sembunyi. Rombongn ke dua hijrah ke Habasyah menyusul kemudian, yang terdiri dari 83 orang lelaki dan 29 orang perempuan. Kaum Quraisy mengirim dua orang utusan (Amru bin al-Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah). Dengan membawa hadiah untuk raja Najasi di Habasyah, utusan Quraisy menyampaikan pengaduan dan fitnah dan kemudian meminta Raja Najasyi memulangkan rombongan pengungsi tersebut. Namun Raja menolak permintaan mereka, setelah memanggil dan mendengarkan penjelasan dari orang-orang yang mengungsi, ( diwakili Ja’far bin Abi Thalib) mengenai apa apa yang terjadi, serta penjelasan perihal Islam sebagai agama baru yang mereka anut. Setelah mendengar pandangan Islam terhadap Nabi Isa a.s. sebagai mana disebutkan dalam surat “Kaf Ha Ya ‘Ain Shad” (Surat Maryam) yang dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib ( berindak sebagai juru bicara), raja Najasyi kemudian mengusir utusan Quraisy tersebut dan memerintahkan untuk membawa kembali hadiah-hadiah yang semula telah mereka berikan kepada raja. 

 Hamzah dan Umar Masuk Islam 
            Bulan Dzul Hijjah tahun ke 6 dari masa kenabian, Hamzah bin Abdul Muthalib memeluk Islam, disusul tiga hari kemudian oleh Umar bin Khattab. (dari Bani Ady bin Ka’ab) Kejadian tersebut diatas membuat panik kaum kafir Qureisy. Mereka kemudian berusaha menawarkan kepada Nabi saw. segala hal yang mungkin menjadi tuntutan beliau, agar menghentikan dakwahnya. Namun setelah Nabi Muhammad saw. memberikan jawaban kepada juru bicara kaum Quraisy, Utbah bin Rabi’ah, dengan membacakan firman Allah SWT surat Fushshilat ayat 1-5 (dalam riwayat lain ayat yang dibaca sampai dengan ayat 13) Uthbah malahan berbalik menjadi mendukung Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar